Selasa, 10 Juni 2014

sombongkah prabowo?

Kutipan : Kutatap tulus cinta dimatanya Reaksi jenderal yang dahulu kusangka agresif dan kejam, sungguh di luar dugaan. Tak sekalipun dia menyerang memojokkan lawannya. Tak pula dia menyindir atau menatap sinis lawan debatnya. Bahkan tak segan dia memuji, menghormati pendapat rivalnya. Saat dipojokkan kembali dengan isu HAM yang menderanya dan membunuh karirnya 16 tahun lalu, dia bisa saja memojokkan kembali dengan menjawab: "tanya kepada bu Megawati, mantan presiden yang pernah mengangkat saya sebagai Cawapres 2009"? Atau bertanya kembali, "kenapa Pak JK sendiri tidak adili saya waktu Bapak menjabat Wakil Presiden?" Tapi tidak. Memojokkan bukan sifatnya, tidak ada dalam jernih pikirannya. Mungkin karena begitulah sifat ksatria. Sifat seorang negarawan. Maka dia hanya berkata: "tanyalah kepada atasan saya". Atasan yang kita semua tahu persis berada justru di kubu Pak JK sendiri. Usai debat, beliau bukan hanya hangat menyambut memeluk rivalnya. Juga saat ditanya wartawan, dengan ringan dia menjawab: "saya harus mau diserang". Dia juga tidak keberatan pesaingnya berbangga hati menunjukkan prestasi terpilih menjadi kepala daerah. Padahal kita semua tahu bahwa dialah orang yang pertama mengusungnya. Sejujurnya, tak banyak saya melihat pribadi dengan karakter yang seikhlas dirinya, saat ini. Bathin saya seolah menangkap kilau kepribadiannya. Kepribadian yang akan mampu menyatukan elemen-elemen yang terserak di negeri ini. Sejarah telah mencatat pengorbanannya untuk bangsanya. Mempertahankan keutuhan NKRI dengan darah dan nyawanya. Dan itu terjadi berulang kali. Di pertempuran di Timor-Timur, dalam misi impossible pembebasan sandera sipil di Mapenduma, penangkapan 2 agen berkulit putih tahun 1984, yang menyulut disintegrasi Papua, dan dalam berbagai operasi tempur berat lainnya. Dia tak tonjolkan semua bakti yang telah ditorehkan untuk ibu pertiwi yang dicintainya, dengan sepenuh jiwa raganya. Semoga kita bisa memaknai...